salah memulai , salah memproses, hasil akhirnya?
damai…ribut…damai…ribut
seolah lelah menjalaninya sebagai atribut
meski takdir telah memilih mereka
dalam satu bahtera
yang harusnya bisa saling melengkapi
bukan saling mencaci
yang harusnya saling mengasihi
bukan saling membenci
cermin yang retak, mungkinkah kembali utuh?
jika dirangkai kembali dari yang terserak
masih bisa menjadi satu
namun, masihkah berarti cermin retak itu?
masihkah bisa melihat bayang di depannya dengan sempurna?
jika yang ada hanya teriak dan sesak
tak ingin cermin retak itu bubuk
dari dalam lubuk hatiku
ucap sebuah do’a untukmu
“Allohummagfirli waa li waa lidayya warhamhumaa kamaa Robbayaani shoogiiron”
“mei”