Berbeda Kasta, Tiga Rumah Dirusak Warga Ini hanya salah satu berita yang banyak mengungkapkan tentang “sitem kasta” dalam budaya kita. Sungguh mengenaskan bukan, dimana bagi sebagian banyak masyarakat lainnya mengagungkan “demokrasi”.
Padahal Alloh telah berfirman :
يَابَنِى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ ِالله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’raf: 26).
إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ، وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemu-dian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya.” (HR. Muslim, no. 2564).
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ (QS. Luqman:18)
Pada masa jahiliyah Arab dahulu, perbedaan kasta ini menjadi sangat jelas dan begitu merusak tatanan masyarakat yang ada, namun begitu Islam masuk , seolah memberikan pencerahan. Dimana seorang budak diperlakukan sama dengan tuannya dan yang membedakannya hanyalah ketakwaannya. Sebagaimana kisah seorang Bilal bin Rabbah, seorang budak hitam yang menjadi seorang mu’adzin di masa Rosululloh, dan menjadi salah satu sahabat yang dekat dengan Rosululloh.
Ya, seorang tauladan ummat saja memperlakukan Bilal dengan begitu mulia, lalu mengapa kita yang masih jauh dari sholeh ini begitu berani memperlakukan makhluk Alloh (manusia) dengan kasar dan angkuh. Tidakkah sadar bahwa itu semua akan di pertanggungjawabkan.
Sadar atau tidak kita tidak bisa menutup mata, karena masalah “kasta” ini masih sangat kental di negara kita Indonesia ini, sehingga status sosial yang ada pun menjadi suatu hal yang kompleks (tidak adanya pemerataan dari segi ekonomi, sosial dan budaya atau seringkali terjadi kesenjangan sosial).
Lalu kemana kita menentukan pilihan diri kita? Apakah termasuk pada orang-orang yang melihat “kasta” sebagai sesuatu hal yang sangat penting, dibandingkan ketakwaan?
Semoga Alloh senantiasa menunjukkan taufik dan hidayah-Nya kepada mereka, dan senantiasa melindungi kita dari keburukan-keburukan dan kesesatan dalam dien Nya..amiin…
Wallohu’alam bishowwab…
Tinggalkan Balasan